Karena pada mulanya adalah Ingatan

 

Aku iri kepada langit
yang menangis saat ia merasa sendu
meski entah kenapa manusia selalu ingin menari dalam kesedihannya
aku iri kepada seorang lelaki
yang jatuh cinta pada pandangan pertama
menunggu lama
hanya untuk sekedar bertatap mata
lalu menyerah karena dibentur adat istiadat

aku pula ingin menyerah
kepada cinta dan air mata
meski setidaknya barang satu-dua detik
aku pernah hadir dipikiranmu
meski sebenarnya
aku tidak pernah menunggumu

karena pada mulanya, akupun menyerah
kepada nasib-nasib yang tak pernah kita bagi bersama
nasib yang kita tanggung masing-masing kata Chairil Anwar
karena pada mulanya juga, aku hidup dalam hampa

meski botol kaca yang penuh dan hitam menjadi kosong
seperti pembicaraan kita
seperti perasaanmu
karena pada mulanya, kamu tak pernah mencintai aku

sejak pertemuan itu
tiga tahun lalu
di binar mata sudut kosong perpustakaanmu
lebih baik aku menyerah hari ini
*

tapi ingatlah,
aku akan hadir dalam setiap batang pohon pinus merah
dalam tubuh seekor kunang-kunang

ingatlah aku,
saat melihat laut yang luas dan tanpa batas
aku akan hadir dalam setiap liku jalan panjang

ingatlah aku,
saat berbaring di padang rumput yang hijau dan berbau tanah
juga saat hujan di sore dan malam hari

ingatlah aku,
saat buih-buih bir dingin menyentuh bibirmu

ingatlah aku,
pada pukul tiga dini hari
saat kamu tak lagi mampu
membendung sesak di dadamu
aku pastikan ada di dalam nafasmu

lalu pastikan untuk mengingatku,
saat kamu menangis.