Bagaimana-pun
bagaimanapun yang pergi tetaplah harus pergi
merentangkan sayap dan dada yang mengembang
menyambut manusia yang berdandankan kesedihan
yang membawa sebuah topeng sebagai bekal
bagaimanapun yang melindungi haruslah pasang badan
dalam pusara kebimbangan dan cemas setiap hari
dengan detak jantung yang berpacu
karena kafein dari bergelas kopi hitam
berusaha membawa nafas yang mengiringi elegi
pasar jual beli dan argumen memperebutkan topeng
terima kasih tanda tanya
aku mengurung rasa
yang tak pernah terdengar
walau aku berteriak di dalam hati
orang-orang masih saja menutup telinga
bagaimanapun yang berlari haruslah persiapkan kaki
yang memecahkan tumit
dan merobek ligamen-ligamen
jangan tersenyum kepadaku
bagaimanapun kesedihan tetaplah aku
menolak ode
berserah pada nada
sedang aku menjadi kerdil
tak mengenal siapa adil
yang senang bermain kata
lalu kemudian kehilangan muka
aku menutup rapat-rapat rinduku
sampai dia lelah mengendalikan aku
bagaimanapun yang hidup haruslah kita
yang melanggar kontak mata
dan menunggu hati yang terbuka
tapi aku tetap saja merindukannya