Sabda dan Duka




(1)
kekasih, aku menjadi benci pada laut
tempatmu mengubur rindu untukku
karenanya aku seperti laut tanpa gelombang
bayangan kita hilang dari mata Sang Mentari
yang tak lagi digumuli oleh aku dan kamu
duka ini melahirkan sabda-sabda
yang rendah tak bermantera
sabda yang tanpa makna
bagimu

sayang, jika suatu ketika aku lari
bukan karena aku ingin dikejar
tapi aku harus menyelamatkan diri
duka ini menghancurkan semua sabda
yang tak tersisa karena pikiranmu
perasaanmu yang kau agungkan
dan segala ambisi kebahagiaan yang terlalu semu
bagaimana caramu mengurai kebahagiaan?
sedang kamu juga sama terlukanya?
maka kami aminilah
skenario atas hidup dan kami lakonnya

(2)
jiwaku pemurung dan aku bersyukur
ragaku mati karena keputusasaan
sedang segala timbang menggerogoti otakku
mengapa kau desak aku untuk bersemangat?
sedang kamu terus menumpuk duka
bagiku
--
kamu setubuhi aku
dengan memori-memori yang membunuh
kamu mencuri
bahkan pada hidup yang sudah begitu payah
lagi-lagi sabda mengoyakkan
menjamuri selangkanganku
sabda-sabda menanar
di sekujur tubuh
hingga membuatku berduka

(3)
mereka menghujat
tapi aku diikutinya
hujat dan rajamlah aku dengan pikiranmu!
biar aku yang memenuhi kepalamu
yang bungkuk tergeletak di tanah
mencium kakiku karena ikatan
siapa mempermainkan siapa?
siapa yang menjadi Tuhan dan siapakah iblisnya?
pikiran ini begitu kuat
sampai kamu tak akan pernah bisa hidup di dalamnya
semua karena kamu merendahkan sabda
kamu rendahkan kekuatan kata
juga memori
 



Surakarta, 30 April 2015, Pkl. 18.55 WIB