Ku-nama-i Kau
gigil-gigil aku menggigil
detak-berdetak jantungku kencang
beku aku dalam laju posisi
mati kamu kamu mati
yang kau tinggal dua kali syahadat
kau hanya perlu mendengar
saat aku tutup mata-mata-mata
anjingku dilebur batu
batuku melempar bohongmu
sakit aku aku sakit
kau cekik tenggorokanku
lalu kamu hirup jiwa-jiwaku
pukul setengah lima
semua berbunyi
adzanmu berkumandang
yang kau tinggal lupa
dua kali dua syahadat
berdiri aku karena takut
sedang anjingku masih di pinggir kasur
puntung-puntung rokok berserak
memuai menjadi abu
aku terbatuk
telapak kakiku gusar
di dengarnya jeritan-jerit tanah
lengan-lenganku membau pohon-pohon vhyajin-ah
burung-burung besar terbang ke selatan
yang ditinggal dua kali tiga syahadat
semua mati
yang tinggal dua kali empat syahadat
siapakah manusia?
yang begitu kecil ringkih
paru-paruku habis ditelan asap
ah manusia
kepalaku tempat buang sampah
begitu rentan kulitku
tak kuat aku dirajami silet-silet pencukur bulu kaki
apa kau susah menerima diri sendiri?
yang lahir bingung
mukamu rata
ketiakmu hitam
hidungmu berbulu panjang
kemaluanmu berbau khas
ya, manusia
sungguh, sungguh
aku rindui bunyi punggungku pegal
saat aku putar tubuhku
bunyi air kumuran mulutmu
bisakah sejenak diam?
mendengar bisik-bisik air
apa kau dengar gunung memanggil?
laut bercerita tentang dalamnya
ikan-ikan mati karena kebohonganmu
jujurlah aku bahwa aku marah
tapi biarlah
biarlah hanya knalpot motor yang mengetahui
hanya angka temanku berdialog
hanya anjingku yang memberi tempat nyaman untuk pelukan
ah manusia
kau butuh nama?
kunamai kau Tidur
kunamai kau Buta
semua makna hancur
aku Buta dan aku Tidur
kunamai kau tuan
kunamai kau tuhan
aku namai kau
aku hanya menamai
nama-i
aku dan dia bertemu subuh tadi
tapi aku tak menamainya
yang dia tinggal dua kali syahadat