Dimana Polo(ku)?
polo kamu kemana?
terakhir kulihat
kenapa mukamu suram?
matamu lagi lebam
apa kau dipukul teman?
kenapa tak jua makan polo?
jangan memaksaku khawatir
ah tapi aku pula makan polo
supaya kakiku lemas
walau aku pakai damas
dan sambil keramas
menari dengan mamas
matamu penuh belek
sukamu garuk garuk
kalau teriak hatiku ngilu
kamu pernah tanya
mengapa mukamu hitam?
penuh bulu tiga macam
kukumu hitam
tapi semalam baru kuwarna hijau di genggam
sebelum selembar nadi meminta garam
apa mau gerusan dalam kopi?
aku rindu polo
aku rindu kala kamu jilati mukaku
kala kamu cium tepat dijidatku
atau peluk-peluk aku biar aku bangun
aku suka itu
tapi aku tak suka kalau kamu mulai gerayangi kelaminku
jangan jilati vaginaku
lidahmu panjang menggelikan
atau waktu kamu gigit-gigit ujung pentilku
sambil berdesah-desah hangat
kamu selalu iseng mengigit kecil klitorisku
kenapa mukamu riang?
matamu ngaceng
perlu purwoceng?
jangan suruh aku menungging
pantatku penuh gudik
kamu tertawa
karena mukamu penuh kudis
jangan buang manimu di mulutku polo
di mulutku ada tuhan bersembunyi
ada malaikat menyundangi diri
aku benci bunyi desahmu keras-keras
seperti pertama kali memeras
jilati saja ujung penisku malu
kepalanya mulai memerah rekah
hisapi sekuatmu
hisaplah terus sampai keluar maniku
apa jembut juga ikut serta berperan mengelitik mukamu?
payung jembutku lebih tebal dari hutanmu
ssttt!!
kau dengar suara tuhan bicara dalam buah zakarku?
berhentilah mengigiti zakarku
sakit sampai ngilu di ubun-ubun
kau dengar?
apa kau dengar?
diamlah sebentar
tuhan memanggil kita masuk kembali
ada jamuan makan malam
tuhan menunggu di sana
di dalam rahim