Surat Kepada Lelaki di Malam Tahun Baru
aku tak pernah paham
mengenai rasionalitas yang selalu diunggul unggulkan
seakan dunia bisa dikaji dengan akal nalar
lalu sekenanya diakui dengan berbagai ukuran tertentu
bagiku, itupun bukan masalah
tapi cinta?
siapakah yang bisa menalarinya?
cinta tak pernah terlogikakan
abstrak
tarik menarik dua kutub yang tidak jelas
cinta bukannya teori atom
apalagi hipotesis para filsuf
bukan pula ideologi
cinta memiliki sejarahnya sendiri
yang tidak pernah diduga- duga sebagai suatu "kebetulan"
mungkin saja hanya pada cintalah bukti eksistensi adanya tuhan di alam semesta
atau bisa jadi juga eksistensinya ada karena memang selalu dirasionalkan
aku pula jatuh cinta
entah bagaimana
perasaan gelisah yang tidak pernah dapat digambarkan kata
perasaan takut yang tak juga dapat diurai makna
pikiranku mulai lamban karenanya
kadang seperti melihat buku dari sampulnya
pada mulanya aku tertarik membacanya
lalu aku menerka isinya
dan tak sabar akupun membacanya
omong kosong berwujud proses
yang katanya lebih penting daripada hasil
lalu bagaimanakah cara aku membacanya
kalau dari sampulnya saja aku sudah tidak tertarik?
jangan pernah percaya waktu
aku baru sadar kalau waktu rupanya gemar berbohong
dalam pesakitanku tak kutemui jalan apa apa
atau jangan jangan memang aku yang tak pernah belajar?
tapi bagaimanakah aku menemukan kesimpulan
kalau dari awal tidak pernah ada asumsi?
tapi sekali lagi
bagiku cinta bukan sekedar asumsi kefisikan
bukan ketertarikan karena sampul
bukan masalah waktu
bukan juga kesimpulan dari macam macam asumsi
akupun tidak bisa menolak perasaan
bermunafik tanpa kejujuran
bahkan untuk menjadi jujur saja takut
andai aku punya daya
mungkin sudah lama kurasionalkan cinta
jauh daripada itu semua
aku tahu aku terlalu kecil untuk memilikinya