Delapan Puluh Sentimeter dan Tiga Koma Lima Sentimeter
kita mematahkan sunyi senyap bambu
dibawa berarak pakai keranda
segala bau kematian antara belati dan hati yang mati
kapan waktu aku berkhayal
ditanah yang lapang berkuda menyambut pagi
tapi aku sudah mati dibabat busuk mulutmu
semoga tuhan hari ini sedang piknik
menyusuri jalan jalan bobrok di desa kami
dengar dengar pertemuan kepala desa dengan pejabat daerah berlangsung alot
seperti kerupuk yang tak ditutup rapat lalu masuk angin
kalau para daun menghentak hentak kaki ditanah
maka mungkin yang senang adalah para pengurai
kalau aku yang didalam tanah mungkin pula rombongan cacing yang akan sengsara
karena badanku penuh sumpah serapahmu
yang dialiri air kencingmu
yang mukanya penuh air manimu
suatu waktu
akan kuhantam kepalamu dengan lampu neon
yang panjangnya delapan puluh sentimeter
dan berdiameter tiga koma lima sentimeter
setelah itu akan kutancapkan kau didudukan lampu