Sukur dan Syukur

aku merana menjahit airmata
dalam tangkup tanganku
kubuka seluruh baju
lutut bergetar
airmukaku pucat
tulang punggung retak
langkah tertatih 
kaki lemas
leher keras
nadi biru keunguan
tangan kaku
jemariku tak bergerak
jantung berdebar cepat
kukuku membusuk
aku menderita
tubuhku penuh darah
mulut tak bicara
mata buram tak melihat
rekaanku punah
aku tersungkur
tercebur dan bau comberan
kepala dalam rendaman es
ngilu sampai perutku
darah membeku
telapak tangan mengeras
bakteri menertawakan
aku kesulitan bernafas
aku mati
namun hatiku tak pernah mati
dia tetap hidup selamanya
karena dia menyimpan kamu.


Kamar Gelap, Kota Bisu, 28 Mei 2012
Paus