Konspirasi Pagi

Selamat pagi, Lelaki Legi!
Apakah undang- undang juga mengatur mengenai rindu?

Ingatkah kamu bahwa saat datang pagi, 
adalah waktunya bersuara?

Yang ditemani sejumlah demonstran embun,
pada tiap rangkaian rumput yang di diskriminasi matahari pagi.
Pagi selalu jadi bukti, 
pada tiap pembicaraan yang terekam.

Pagi mendramatisir,
agar aku rindu kamu.

Namun kuurungkan setiap niat,
kututupi rapat celah mulut walau aku kena suap.
Karena kamu- pun menutup bunyi palumu.

Lalu sekalipun semua ingatan itu hilang,
aku tak akan pernah berputar balik,
karena mosi tidak percaya.

Bukannya kita perlu kejelasan, 
pada hukum sebab- akibat?
Bukannya kita perlu mempertanyakan,
mengenai kebenaran hati?

Walau menuntut seperti jaksa,
tetap jangan (mau) lagi dipermainkan takdir,
ingkari saja waktu dan tegas seperti para hakim!

Atau kita tetap bisu,
sebisu pagi sebagai saksi.


Pagi dingin, Kota Imaji, 21 Mei 2012
Paus