Surat Kepada Benar di Akhir Bulan ke Empat

Kamu bersama sejuta ideologi merahmu,
dibakari disudut- sudut matahari matahati.

Bersama serangakaian kumis tipis diatas bibirmu,
dan kilauan kecil cahaya kacamatamu.

Kesederhanaan itu,
semata- mata bukan karena bajumu dan sendal jepitmu.
Karena semua ragu hilang,
saat melihat sederhana pada matamu.

Lalu ternyata aku membiarkan pesan yang dibawakan angin itu,
tidak pernah sampai kepadamu.
Kita- pun- sama- sama- pura- pura- suka- suka- bungkam.

Tak akan kulepaskan baju untuk menari,
karena aku tak ingin kehilangan dua kali.
Kubiarkan saja dinding bergetar,
atau kutahan saja pedih kuningnya mata.

Sampai garis akhir mengenai sabar.

Sampai batas akhir mengenai takdir.

Sampai pertemuan terakhir mengenai ajal.

Karena sejujurnya,
kita saja luput untuk mencintai diri sendiri,
apalagi untuk mencintai orang lain.

Hati orang, 
siapa yang tahu? Katamu!


Kamar gelap, Kota Bisu, 27 April 2012
Paus