Hujan

Puas hujan menari,
jatuh ke sela perut bumi tanpa ampun,
berkoalisi satu sama lain,
menghantamkan tubuhnya kepada tanah.

Membuat gaduh,
menabrak tiap genteng - genteng rumah kami,
membuat lagu pada setiap butirnya,
yang disadari, satu adalah kuat.

Mencairkan segala gundah,
membuat kelenjar air mata tak tinggal diam,
bersikap melankolis,
sangat sensitif, dan menggugah perasaan.

Betapa membuat tegar,
sampai setiap hujan punya cerita,
di balik jendela tua, dengan cahaya seadaanya,
ditampari hujan, kenangan pahit,
diiringi tangis sesak pada akhirnya.

Betapa indahnya,
sampai setiap hujan punya kenangan,
di halte bus depan sekolah,
saat kamu letakan jaket lusuhmu dibahuku,
diiringi senyum pada akhirnya.

Betapa menyenangkannya,
sampai setiap hujan punya bisikan,
tentang kemenangan kita,
saat para sahabat berlarian dipeluk hujan,
karena kelulusan kita waktu itu,
diringi tawa sebebasnya pada akhirnya.

                 Saya selalu suka wajah kamu, Hujan!




Kota Imaji, Februari 2012
Paus