Kepada Mak

Ini malam kedua saya tidak tidur,
membuat badan terasa sangat nyeri,
dan mata seperti membawa buah semangka pada kelopaknya.

Malam ini saya duduk bersama teman saya,
melakukan tanggung jawab yang katanya standar kompetensi,
serta menikmati secangkir air putih yang sudah sedemikian dingin karena cuaca.
dan saya hanya pasang telinga sambil mengepul rokok,
ketika dia bercerita tentang sesuatu.

Teman saya bercerita tentang gubuk reot dan loteng rahasia ,
dia menceritakan lelaki, entahlah saya tidak ingin terlibat lebih dalam.
Kami semua bersahabat, lalu bagaimanakah jika ada parasit diperasaan?
yang saya tahu itu bukan gubuk reot, melainkan gubuk ragu.

Mengapa bimbang? seperti berjalan diatas seutas tali,
maju mati, mundur juga jatuh.
Yang saya sadari hanya apapun yang kita lakukan tetap manis,
diatas loteng rahasia lelaki itu, bersama coklat panas bukan?

Ah, kita terlalu sering menimbang,
kita terlalu sering berpikir panjang,
kita juga terlalu sering membatasi diri sendiri,
apa gunanya perasaan tertekan jika kita terpaksa pasrah?

Lelaki itu, yang membuat dia menangis hampir disetiap ceritanya,
saya bisa lihat dia memang benar suka.
dan yang saya sadari hanya jika ingin bahagia,
kita terpaksa mengorbankan kebahagian orang lain atau bahkan perasaan sendiri.

akibat kurang santaipun kita bisa mnenyakiti diri sendiri.
berlarilah biar sembuh.



Kepada Mak
Kota Imaji, Hujan di Desember 2011
Paus