Puisi untuk Langit
Selamat pagi, Langit!
Saya senang aromamu setiap pagi
Bukannya nikmat mendengar keluh kesah burung,
dan irama tetesan embun?
dan saya menarik nafas panjang, seraya menutup mata.
Selamat siang, Langit!
Saya tidak suka warna kuningmu, ketika hari siang,
panasnya menyengat tulang.
kasihan, daya lindungmu hilang.
dan saya menutupi kepala dengan buku walau tidak setebal 5 cm.
Selamat sore, Langit!
Wajahmu penuh paduan warna yang sangat cantik.
Lalu apa kamu marah?
Saya selalu suka sore,
dan saya sangat mencintai kamu senja.
Selamat malam, Langit!
Dari semuanya, malam adalah wajahmu yang paling romantis
dan saya menikmati wajah ini dengan secangkir teh panas,
gerimis, dan diskusi bersama bayangan Tuan Antilope.
Tuan Antilope yang sangat menarik untuk diperbincangkan,
Kota Imaji, 16 November 2011
Paus ingin naik Pegasus
Saya senang aromamu setiap pagi
Bukannya nikmat mendengar keluh kesah burung,
dan irama tetesan embun?
dan saya menarik nafas panjang, seraya menutup mata.
Selamat siang, Langit!
Saya tidak suka warna kuningmu, ketika hari siang,
panasnya menyengat tulang.
kasihan, daya lindungmu hilang.
dan saya menutupi kepala dengan buku walau tidak setebal 5 cm.
Selamat sore, Langit!
Wajahmu penuh paduan warna yang sangat cantik.
Lalu apa kamu marah?
Saya selalu suka sore,
dan saya sangat mencintai kamu senja.
Selamat malam, Langit!
Dari semuanya, malam adalah wajahmu yang paling romantis
dan saya menikmati wajah ini dengan secangkir teh panas,
gerimis, dan diskusi bersama bayangan Tuan Antilope.
Tuan Antilope yang sangat menarik untuk diperbincangkan,
Kota Imaji, 16 November 2011
Paus ingin naik Pegasus