Diam

Kita mengaku seni tradisi,
sedang kita melahap segala modernisasi
kita mengaku bergerak,
sedang kita tidak sampai di ekskusi

kita mengaku Indonesia,
sedang kita mengiyakan "what the fuck?"
kita bilang budaya,
sedang ada yang bertanya "dimana etika saya?"

kita buat tembok satu sama lain,
tembok berwarna agama, suku dan kalangan.
yang lebih gila, tembok yang dibuat dengan kuasa,
bernama tembok kepentingan

kita jauh lebih bodoh dari generasi dulu
menutup muka dan merasa malu karena tidak melindungi merauke
seperti naruto melindungi konoha
kita lebih gila, gila uang, gila kursi, dan sekarang gila jiwanya

kata orang besar, diam adalah emas.



Letih berprihatinkah kita?
Kota Imaji, 03 November 2011
Paus