Surat Kepada Hilang
Minggu , 15 Oktober 2006
Surat kepada hilang
Kamu bagai angin, tidak dapat disentuh
Kamu bagai pelangi, indah,
tapi terlalu sakit untuk dipandang
Kamu juga bagai ombak, tenang dilihat,
tapi menghancurkan bila diterjang olehnya!
Kamu bagai mimpi, tak nyata, tidak dapat diraih,
tapi menyenangkan mengkhayalkannya
Kamu bagai udara segar yang selalu kuhirup,
tapi juga bagai panas yang selalu membakar jiwaku
Kamu adalah inspirasi yang tak pernah mati
hanya ada lukisan, tulisan, dan fotonya menghias kamarku
tapi kurasa sulit digapai
Kamu bagai puncak gunung, sulit didaki,
tapi bernyanyi dan tenanglah saat kau mendakinya
Kamu bagai tuts piano yang didengar sangat merdu
tapi sangat sulit memainkannya
kamu bagai lautan sangat sulit ditaklukkan
butuh tenaga ahli untuk menenangkan dirinya,
karena aku tak bisa.
Kepada teman saya, Adhitya Tri Nugraha.
Saat saya benar menemukan buku buku lama saya,
mengasikkan mengingat kebodohan yang tak sengaja (pernah) dilakukan.
Kota imaji, 09 Oktober 2011
Paus
Surat kepada hilang
Kamu bagai angin, tidak dapat disentuh
Kamu bagai pelangi, indah,
tapi terlalu sakit untuk dipandang
Kamu juga bagai ombak, tenang dilihat,
tapi menghancurkan bila diterjang olehnya!
Kamu bagai mimpi, tak nyata, tidak dapat diraih,
tapi menyenangkan mengkhayalkannya
Kamu bagai udara segar yang selalu kuhirup,
tapi juga bagai panas yang selalu membakar jiwaku
Kamu adalah inspirasi yang tak pernah mati
hanya ada lukisan, tulisan, dan fotonya menghias kamarku
tapi kurasa sulit digapai
Kamu bagai puncak gunung, sulit didaki,
tapi bernyanyi dan tenanglah saat kau mendakinya
Kamu bagai tuts piano yang didengar sangat merdu
tapi sangat sulit memainkannya
kamu bagai lautan sangat sulit ditaklukkan
butuh tenaga ahli untuk menenangkan dirinya,
karena aku tak bisa.
Kepada teman saya, Adhitya Tri Nugraha.
Saat saya benar menemukan buku buku lama saya,
mengasikkan mengingat kebodohan yang tak sengaja (pernah) dilakukan.
Kota imaji, 09 Oktober 2011
Paus