Beri dan Tahu

Nama saya Kala,
tepatnya Kalasarnis.

Saya tidak pernah diberitahu mengapa nama saya Kala?
Saya tidak pernah diberitahu mengapa saya dilahirkan?
saya tidak juga diberitahu apa tujuan hidup saya?
Saya tidak tahu mengapa saya harus mencari?

Saya tidak diberitahu mengapa mata saya bulat?
Saya tidak diberitahu mengapa hidung saya kecil?
Saya tidak diberitahu mengapa warna rambut saya merah?
Saya juga tidak tahu mengapa bibir saya besar?

Saya tidak diberitahu mengapa saya harus menjalani hidup seorang diri?
Saya tidak diberitahu mengapa badan saya begitu besar dengan kepala yang kecil?
Saya tidak diberitahu mengapa saya hidup sampai sekarang?
Saya memang tidak tahu mengapa sampai sekarang,
saya tidak tahu siapa orangtua saya?

Saya tidak pernah diberitahu mengapa saya harus mengerti?
Saya tidak pernah diberitahu mengapa saya harus bijak,
atau ikhlas, dan tidak egois?
Saya benar tidak pernah diberitahu.

Saya tidak pernah tahu apa itu etika?
Saya sedikit bingung dengan sensitifitas?
Saya bahkan tidak tahu apa itu idealisme?
Apa benar saya seorang sanguin?
Saya benar tidak tahu.

Saya tidak pernah diberitahu mengapa,
sahabat saya begitu mudah menyakiti perasaan saya?
Saya tidak pernah diberitahu bagaimana cara berpakaian yang layak untuk manusia?
Saya tidak pernah diberitahu bagaimana cara menyapa orang tua?
Saya tidak diberitahu.

Saya tidak tahu apa itu imajinasi?
dan bagaimana cara memakainya?
Saya tidak pernah diberitahu bagaimana cara mencintai orang lain dengan benar?
Saya tidak pernah diberitahu bagaimana cara mencari fakta bahwa saya manusia?
Saya seperti manusia? atau memang hanya seperti?

Saya tidak pernah diberitahu bagaimana cara menghargai orang lain?
Saya juga tidak pernah diberitahu bagaimana menjadi kakak yang baik,
atau anak yang berbakti?
Saya tidak tahu mengapa harus hidup dan mencari.

Jika mencari, lalu berlari, saya harap masa lampau bisa membuat saya tertawa.
Lalu jangan terlalu banyak tahu, banyak tahu bisa membuat saya sombong.
Karena memberi dan tahu kadang tidak cocok direalitas.




Kota Imaji, 19 September 2011
Saat menemukan buku harian lama saya yang berdebu dikamar.
Paus